Judul : Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran
link : Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran
Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran
Siapa yang tidak bangga. Petani padi organik asal Tasikmalaya, Jawa Barat ternyata mendapat kesempatan menjadi ‘guru’ di Negeri Jiran, Malaysia. Kebaganggaan ini diungkapkan Saeful Bahri, Ketua Gabungan Kelompok Tani Respasti Tasikmalaya.Saeful menjelaskan, ada tiga petani padi organik asal Kabupaten Tasikmalaya yang dikontrak Pemerintah Malaysia untuk mengajarkan cara bertanam padi organik atau Sistem Rice of Intensification (SRI). “Sebenarnya, kontraknya sudah berlangsung sejak 2010 dan kini sudah berakhir. Malaysia berani mengontrak petani Rp10 juta per bulan dengan tugas mendampingi petani Malaysia budidaya padi organik yang benar,” ujarnya.
Seperti diketahui, Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah yang terluas dalam pengembangan padi metode SRI mencapai 3.200 hektar (ha). Bahkan Pemerintah Daerah Tasikmalaya sudah mencanangkan Kabupaten Tasikmalaya sebagai sentra padi organik dengan luas penanaman 8.000 ha.
Saeful mengakui, pengiriman petani padi organik asal Tasikmalaya untuk mengajarkan petani Malaysia sempat menimbulkan kekhawatiran. Terutama klaim Malaysia bahwa budidaya SRI organik sebagai cara tanaman asli negara jiran tersebut. Bahkan sempat ada isu bahwa beras organik Tasikmalaya telah diklaim Malaysia.
“Sebenarnya bukan diklaim. Tapi petani asal Tasikmalaya menjadi petani pendamping di Malaysia. Jadi tidak usah khawatir padi organik diklaim Malaysia. Justru ini menunjukkan bahwa kita bisa ekspor beras ke negara lain dan mempertegas beras berasal dari kita,” ungkapnya.
Karena itu, Saeful mengaku tidak khawtair padi organik diklaim Malaysia karena lahan sawah di Malaysia sangat terbatas. Kondisi ini berbeda dengan lahan di Indonesia yang masih luas dan pengembangan padi organik masih sangat memungkinkan. “Lahan pertanian sawah Malaysia kan sedikit. Beda dengan tanaman karet atau sawit. Jadi tidak usah khawtir padi organik diklaim Malaysia,” kata dia.
Pengembangan padi SRI organik setidaknya telah memberikan nilai tambah bagi petani, terutama di Kabupaten Tasikmalaya. Pada awalnya, Uu sapaan akrab Saeful yang semula berprofesi pedagang hanya bertani secara konvensional seperti petani-petani lainnya.
Tapi sejak 2002, dengan modal lahan hanya 1,5 hektar (ha) mencoba menerapkan metode SRI organik. Hasilnya ternyata sangat memuaskan. Produktivitas padi bisa mencapai 7,5 ton/ha gabah kering giling (GKG), padahal dengan cara konvensional hanya 5 ton/ha. Harga gabah juga melambung hingga mencapai Rp4.500-5.000/kg dan beras bisa mencapai Rp10.000/kg.
Soal biaya produksi Uu juga mengakui lebih irit. Pasalnya, dengan metode SRI dia tidak perlu membeli pupuk dan pestisida. Untuk membuat pupuk organik bisa dengan bahan baku yang ada disekitar lingkungan rumah ditambah kotoran hewan. Namun demikian dengan makin meningkatnya minat petani berbudidaya padi dengan metode SRI organik, pasokan kotoran hewan makin berkurang.
Jatuh bangun Uu mengembangan padi organik akhirnya membuahkan hasil. Sejak 2009, beras organik hasil produksi Gapoktan Simpatik mampu menembus pasar Amerika Serikat (AS). Ekspor perdana sebanyak 18 ton dilepas Menteri Pertanian saat itu, Anton Apriyantono pada 20 Agustus 2009.
Saeful menjelaskan, dalam upaya memperbanyak produksi padi organik di Kabupaten Tasikmalaya dan meningkatkan jumlah ekspor, pihaknya kini sedang menambah kelompok petani padi organik. Dengan demikian, produksi padi organik juga akan meningkat. Saat ini baru tiga kelompok tani yang memproduksi padi organik, diharapkan ke depan minimal menjadi sembilan kelompok tani organik.
Data Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, selama 2012, ekspor beras organik dari Tasikmalaya ke Malaysia sekitar 20 ton dari total sebanyak 300 ton. Permintaan juga datang dari Singapuran dan negara-negara Eropa. Pasar beras organik masih sangat luas dengan banyaknya masyarakat yang mengonsumsi pangan organik. “Ekspor beras organik memang belum banyak, setiap tahun kita baru bisa mengirim enam kali. Ini karena masih terbatasnya produksi,” katanya.(***)
(Sumber: Jogja Benih)
Demikianlah Artikel Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran
Sekianlah artikel Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran dengan alamat link https://caramenanamorganik.blogspot.com/2013/06/petani-organik-tasikmalaya-berbagi-ilmu.html
0 Response to "Petani Organik Tasikmalaya Berbagi Ilmu di Negeri Jiran"
Posting Komentar